wawancara darussalammkeputih.com
bersama
Ust. Moh. Fathurrozi, Lc.,M.Th.I*
(Surabaya dan Jheongwan, South Korea, 21 Juni 2016)
darussalammkeputih.com, [Surabaya, 21/6/2016] ada banyak ilmu
yang bisa kita peroleh, dimanapun dan kapanpun itu, dan dengan cara apapun itu,
ilmu itu diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pencarinya, tidak terkecuali sebuah pengalaman berharga dari
seorang Ustadz yang sehari-harinya
dihabiskan untuk berdakwah dibalik tembok pesantren, institusi, organisasi, dan
masyarakat. Sebagai seorang ustadz di Ponpes Darussalam Keputih Surabaya, Ust
Fathurrozi, yang akrab disapa Ust. Rozi
ini tidak bisa mengisi pengajian
rutinnya di Ponpes Darussalam Keputih Surabaya selama Bulan Ramadhan 1437 H.
Hal ini dikarenakan beliau mendapat undangan
resmi dari PCI NU Korea untuk mengisi kajian Ramadhan dan imam tarawih
sebulan penuh di Korea.
Perkembangan tekhnologi-pun membuat darussalammkeputih.com
menfasilitasi komunikasi keilmuan yang dinanti-nantikan oleh santri
Ponpes Darussalam Keputih, wawancara kami dengan beliau melalui sebuah media
Sosial di sela-sela waktu beliau pun berbuah hasil. Berikut ini kami paparkan
hasil wawancara darussalammkeputih.com bersama
beliau di Jheongwan, South Korea. Semoga bermanfaat.
____________________
darussalammkeputih.com : “Ust
berapa lama Ust safari ramadhan di Korea?”
Jadwal
Safari Ramadhan saya di Korea,
InsyaAllah, selama 1 bulan penuh bersama utusan-utusan dari PCI
NU Korea yang lain. Safari Ramadhan kali ini adalah yang kedua kalinya. Dulu pada
tahun 2013, saya merupakan orang pertama dan satu-satunya da'i
dari kalangan nahdhiyyin yang berangkat ke Korea sebagai undangan resmi dari PCI NU Korea bekerjasama dengan LAZIZ NU Pusat untuk berdakwah. Waktu
itu, saya diminta oleh ketua LAZIZ NU
pusat, Bpk, K. H. Masyhuri Malik, menyampaikan kepada PCI NU Korea untuk
membentuk LAZIZ NU cabang Korea. Alhamdulillah sekarang LAZIZ NU cabang Korea
telah terbentuk. Safari Ramadhan kali
ini, saya di undang atas kerjasama PCI
NU dan LAZIZ NU Korea.
darussalammkeputih.com : “Hidup lama di negara atheis, apa tidak sulit cari
makanan halal?”
Di sini (Korea,
red) ada badan Halal KMF (Korean Muslem Foundation), jadi kalau urusan makanan
seperti ayam dan daging, yang diperlukan
penyembelihan secara syar'i, bisa didapatkan di Koperasi KMF, bahkan di sana juga tersedia makanan-makanan Indonesia.
Sementara untuk ikan dan sayur-sayuran bisa didapatkan di warung-warung
Korea, seperti Lotte Mart, E-mart dan
Asia Mart. Alhamdulillah, di sini setiap Masjid dan Mushalla memiliki
Koperasi sendiri, jadi Masyarakat yang
berdekatan dengan Masjid bisa langsung beli ke Masjid.
darussalammkeputih.com: “Di sana Ust. Ngaji Kitab apa saja, dan bagaimanakah
sistem tarawihnya?”
Kalau ngaji
kitab, ya saya pakai Safinah, Durratun Nashihin,
dan Nashaihul Ibad, tergantung permintaan
ketua takmir mushalla atau masjidnya. Sementara kalau tarawih tidak menggunakan sistem khataman satu malam satu juz sebagaimana di Mekkah, tapi saya pribadi membaca dari awal
Al-Qur’an,
sebab sebagian besar masyarakat Indonesia di Korea adalah pekerja, makanya tidak mungkin pakai teraweh dengan sistem khataman.
Jumlah
raka'at teraweh di sini bervariasi; ada
yang melaksanakan 20 rakaat, ada pula
yang 8 rakaat. Karena sebagian besar
masyarakat muslim Indonesia di Korea ini sebagai tenaga kerja. Oleh sebab
itu, sebagian mushalla atau masjid ada
yang menerapkan 8 rakaat tapi menggunakan bilal saat rehat shalat sebagaimana
tradisi di Indonesia. Meskipun demikian, suasana indah bulan ramadhan tetap
terasa. Tidak ketinggalan jamuan dan masakan ala Indo, seperti kolak dan es
buah menjadi menu utama di mushalla-mushalla dan masjid.
darussalammkeputih.com: “Bagaimana respon warga asli Korea dengan ibadah puasa muslim
selama Ramadhan?”
Yaa… mereka
sangat toleran, tidak ada masalah
selama mereka tidak terganggu. Hidup
di sini aman dan tentram. Tapi
kalau masuk dalam urusan bekerja,
di sini dituntut untuk konsisten dan profesional.
Misalnya, kalau belum waktunya istirahat atau pulang, sedikit sekali para Sajang (red: bos) yang
mengijinkan pekerjanya beribadah tapi biasanya mereka tetap toleran dengan
memberi waktu untuk berbuka atau shalat.
darussalammkeputih.com : “Tampilan ust. tetap
sarungan ?"
Ya.. tetap
sarungan…. Sebab sarung adalah bagian yang tak
terpisahkan dari ciri
khas santri NU, meskipun bukan berarti yang bersarung adalah santri.
Sarung itu ibarat kata anak sekarang : “toleran,
dinamis, dan demokratis”, sederhananya, bebas luar dalam… (sambil tertawa) hehehe...
darussalammkeputih.com : “Ada Hal unik apa yang Ust. dapatkan di sana ?"
Yang unik, salah
satunya adalah orang-orang
indonesia (Muslim, red) di Korea terlihat
lebih agamis dan lebih intens dalam beribadah, entah kenapa, mungkin selama ini pencarian mereka akan identitas sebagai muslim teruji
hingga menjadi kuat di tengah-tengah
masyarakat Korea yang Atheis.
Saat mereka
sibuk bekerja setiap hari megumpulkan pundi-pundi Won, yang tanpa
kenal lelah siang dan malam, mereka semakin sadar akan kebahagiaan yang lain
selain harta, yaitu kembali kepada-Nya. Nilai inilah yang kemudian mereka
aplikasikan dan diejawantahkan dengan melakukan ibadah
kepada-Nya. Selain itu, mereka juga sering kumpul-kumpul antar WNI di
sana untuk Yasinan dan Shalawatan
sebagai bentuk perkumpulan antar WNI di sana dan obat kangen.
Lebih unik lagi,
bahwa berdirinya sebuah Mushalla, yang menjadi cikal bakal Masjid, adalah hasil dari solidaritas
Jamaah Yasinan. Mereka setiap minggunya melakukan Yasinan dan
penggalangan dana dari anggotanya untuk menyewa
Flat sebagai tempat ibadah dan
kajian-kajian ke-Islam-an.
darussalammkeputih.com : “Bagaimana perkembangan NU di Korea?”
Alhamdulillah NU
di sini (Korea,red) semakin berkembang, hampir 80 % Masyarakat Indonesia
(Muslim, red) di Korea adalah warga
Nahdhiyyin.
Saya selalu
menekankan kepada mereka untuk selalu berpegang
teguh dengan ajaran Ahlus Sunnah Wal Jama’ah Al-Nahdhiyyah, juga
pentingnya melakukan Inovasi-inovasi baru dalam mengembangkan pemahaman Islam
dengan menggunakan pendekatan Tradisi Lokal.
darussalammkeputih.com : “Bagaimana kebiasaan /rutinan Warna Nahdhiyyin di
sana selama Ramadhan?”
Seperti halnya di Indonesia, mereka Tadarrusan,
Tarawih dan mengikuti pengajian kitab
kuning. Di samping itu ada pula pengajian
khusus tentang ke-Aswaja-an bagi internal pengurus demi pemantapan tentang
Aswaja NU.
Adapula
yang melakukan bukber (buka bersama) sebagai acara inti namun sebelumnya di isi
oleh pembacaan surat yasin bersama, shalawatan dan pengajian. Ada sebagian masjid yang bukber dengan warga
negara lain, seperti Bangladesh, Pakistan,
dll. Di sini tampak persaudaraan
antar muslim dari belahan dunia.
darussalammkeputih.com : “Saat diskusi, problem apa yang sering mereka
tanyakan?”
Ya… masalah
shalat Jum’at, shalat lima
waktu, kadang ada sajang atau bos
yang melarang jumatan karena
faktor waktu, ya… intinya boleh dikatakan masalah fikih ibadah. Selain itu, ya...
ada juga yang bertanya tentang fikih sosial.
darussalammkeputih.com : “Apa tidak ada yang bertanya masalah wahabi dan
aliran-aliran lainnya?”
Ya tentu itu
pertanyaan yang paling menarik untuk dikupas... ada sebagian yang bertanya
seperti itu, hanya saja kami dari PCI NU tidak
terlalu merespon sebab
walau bagaimanapun perbedaan
tetap perbedaan. Sebab perbedaan itu
adalah rahmat bagi umat apabila disikapi dengan arif. Hanya saja yang
memprihatinkan adalah kadang ada yang menganggap bahwa perbedaan adalah
bencana. Maka dari itu, walaupun dalam
amalan NU ada dalilnya tetap saja dianggap oleh mereka keluar dari nilai-nilai
Islam.
Sebenarnya
kami dakwah di bumi Korea ini dengan bil
Hikmah dan Mauidzah Hasanah… Bil Hikmah
kami terjemahkan dengan prilaku
sehari-hari seperti mengedepankan nilai akhlak, santun dan toleransi.
Sedangkan dakwah
bil Mauidzah Hasanah, kami
menyampaikan pentingnya Akhlaq dalam berilmu, tidak saling menyalahkan bahkan
membid’ah-bid'ahkan. Intinya dalam ajaran NU: TASAMUH, I'TIDAL dan TAWAZUN.
Semakin kita
keras kepada ummat, kaku terhadap
budaya setempat, mereka
malah semakin menjauh dari
ajaran Islam. Nabi, sebagai teladan dan panutan, mengajarkan
kepada kita untuk lemah lembut dalam berdakwah kemudian dicontohkan dengan prilaku dan akhlaq yang
mulya, bukan malah senang melaknat,
membid’ahkan dan menyalahkan orang lain apalagi
merasa dirinya paling benar.
Suatu
ketika Nabi diminta oleh salah
satu sahabat untuk mendoakan jelek kepada orang Musyrik, tapi Nabi enggan merespon seraya bersabda : “Aku diutus ke muka bumi ini
untuk menebarkan kasih sayang dan menyayangi seluruh ummat”
Dalam
berinteraksi dengan orang-orang
musyrik Nabi
selalu lembut dan memakai
Akhlaq apalagi kepada sesama muslim,
demikian inilah yang disebut
Rahmat lil ‘Alamin.
darussalammkeputih.com :
“Bagaimana tanggapan ust. dengan
peringatan Nuzul Al-Qur’an
?”
Sejarahnya,
pada bulan Ramadhan, hampir setiap hari Nabi beribadah di Gua Hira.
Tidak seperti hari-hari biasanya. Lalu, pada hari ketujuh belas, Nabi menerima
wahyu al-Qur'an pertama. Ayat
yang diterima pertama adalah "iqra" surat Al-Alaq 1-5. Untuk
mengenang sejarah turunnya al-Qur'an, kebanyakan masyarakat Nusantara memperingatinya dalam bentuk pengajian
dan halaqah-halaqah ilmiah. Peringatan ini dikenal dengan sebutan "Nuzul
al-Qur'an". Budaya peringatan "Nuzul al-Qur'an" seperti ini
harus diapresiasi dan terus dikembangkan sebagai kajian sejarah al-Qur'an agar
anak cucu kita mudah mengenal al-Qur'an bukan malah dianggap bagian dari
bid'ah.
darussalammkeputih.com : “Apa pesan-pesan Ust. buat para santri khususnya dan
muslim di Indonesia pada umumnya terkait pengalaman dakwah di Korea ?
Teruslah
belajar… belajar dan belajar... jangan
pernah bosan untuk belajar, hanya orang bodoh yang berhenti belajar dan merasa
pintar. Ilmu itu terus mengalami perkembangan seiring kemajuan zaman, maka dari
itu menerjemahkan dan
mengaplikasikan ilmu di
tengah-tengah masyarakat harus disertai pandangan yang luas sebab penerjemahan ilmu yang di dapatkan di Pesantren
harus berdialektika dengan perubahan zaman.
Jadilah
insan yang dinamis, lemah lembut,
sebagaimana pesan Tuhan kepada kepada
Nabi Musa dan Harun dalam surat Thaha ayat 44.
Di luar
sana banyak umat yang membutuhkan bimbingan kita. Oleh karena itu,
marilah kita belajar dan terus belajar, belajar mengaplikasikan ilmu di
tengah-tengah masyarakat, menyampaikan ilmu dengan akhlak yang baik, memecahkan masalah dengan bijak, mendialektikakan ilmu dengan budaya. Jangan
memicingkan mata demi tercapainya tujuan duniawi.
Akhlaq yang baik
bukan karena kita diam menundukkan kepala dengan
pakain yang rapi, bukan pula
berteriak lantang menjustice
perbuatan orang lain dengan bahasa yang kurang bijak, tapi akhlak yang
baik adalah mengaplikasikan sunnah dan prilaku Nabi
dengan "ungkapan" yang
sederhana di tengah-tengah masyarakat. Dengan bahasa lain, mengaplikasikan
esensi sunnah Nabi bukan
pada simbolnya saja.
* Narasumber adalah
Ustadz sekaligus Pengurus Bidang Pendidikan & Pengajian di Ponpes
Darussalam Keputih Surabaya Jatim, serta Dosen di IAI (Institut Agama Islam) AL-KHOZINY BUDURAN SIDOARJO.
(diberitakan oleh alief el-kindary)