Gagasan KHR. As’ad Syamsul Arifin sebagai pahlawan nasional pertama kali dimunculkan Rais ‘Am PBNU, KH. Ahmad Shiddiq. Dia memunculkannya pada acara tahlil malam ke-6 pasca wafatnya Kiai As’ad pada tanggal 9 Agustus 1990 di masjid Jami’ Ibrahimy Sukorejo Situbondo.
KHR. As’ad Syamsul Arifin, sebagai pendiri Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Situbondo, memiliki peran besar terhadap keberhasilan dan suksesnya acara Munas NU dan Muktamar NU ke-27 yang merumuskan asas tunggal Pancasila. Menurut KH. Ahmad Shiddiq, tanpa peran kiai As’ad, pemerintah Orde Baru pada waktu itu sulit hadir membuka Muktamar.
Termasuk tanpa peran kiai As’ad, muktamirin tidak akan mencapai kesepakatan bulat tentang asas tunggal Pancasila karena ada di antara yang menentang keras. Kontroversi selesai secara arif dan bijaksana setelah kiai As’ad memberi pemahaman kepada para kiai dengan cara dia.
KHR. As’ad Syamsul Arifin, sebagai pendiri Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Situbondo, memiliki peran besar terhadap keberhasilan dan suksesnya acara Munas NU dan Muktamar NU ke-27 yang merumuskan asas tunggal Pancasila. Menurut KH. Ahmad Shiddiq, tanpa peran kiai As’ad, pemerintah Orde Baru pada waktu itu sulit hadir membuka Muktamar.
Termasuk tanpa peran kiai As’ad, muktamirin tidak akan mencapai kesepakatan bulat tentang asas tunggal Pancasila karena ada di antara yang menentang keras. Kontroversi selesai secara arif dan bijaksana setelah kiai As’ad memberi pemahaman kepada para kiai dengan cara dia.
Kiai As’ad pada waktu itu sebagai tuan rumah (ahlul bait) dan juga sebagai ahlul halli wal aqdi U tunggal. Dia diberikan mandat penuh memilih calon-calon PBNU mendatang. Sekalipun diberikan mandat penuh, dia tetap bermusyawarah kepada kiai-kiai sepuh.
Muktamar NU ke-27 tahun 1984 itu sebagai lembaga permusyawaratan tertinggi yang pertama kali merumuskan asas tunggal Pancasila yang diawali dengan deklarasi tentang hubungan Pancasila dengan Islam oleh Munas Alim Ulama 1983 di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo. Begitu sangat strategisnya putusan Muktamar ke-27, hari itu dianggap sebagai hari kesaktian Pancasila.
Kiai Ahmad Shiddiq mengatakan:
لَوْلَا لِكِيَاهِى اَسْعَد عَمَلٌ
غَيْرُ هَذَا لَدَخَلَ الجَنَّة
Jika kiai As’ad tidak memiliki amal apapun selain ini, dia akan tetap masuk surga.
Ungkapan ini tentu tidak bisa diabaikan karena melihat betapa kiai Ahmad Shiddiq sebagai juru bicara kiai sepuh waktu itu dalam menyampaikan gagasan khittah NU dan asas tunggal Pancasila yang hampir ditolak semua muktamirin.
Dalam salah satu forum sidang pleno di arena Muktamar, kiai Ahmad Shiddiq diserang dan diklaim sesat. Dia, dengan caranya, membuka jas dan meletakkanya di kursi sebagai tanda melawan balik. Kiai Ahmad Shiddiq kemudian mengatakan, “kalau saya nanti masuk neraka dengan keputusan ini, maka orang yang di belakang saya (KHR. As’ad, KH. Ali Maksum, KH. Masykur, KH. Mahrus Ali, dan KH. Adnan) akan masuk neraka bersama saya”. Pernyataan itu hampir meredakan suasana kisruh pada Muktamar. Namun masih ada sebagian ulama Madura yang tetap tidak setuju dan belum puas. Mereka akhirnya dipanggil khusus oleh Kiai As’ad dan kemudian dibrifing. Akhirnya semua tunduk dan tercapai kata sepakat Pancasila menjadi asas tunggal.
KH. Ahmad Shiddiq yang menyuarakan kepahlawanan KHR. As’ad Syamsul Arifin tentu tidak bisa dinilai sebagai pendapat tanpa dasar. Dia ulama besar, pejuang, kaya referensi baik kepustakaan dan lapangan dan telah lama melihat peran Kiai As’ad sebagai tokoh dan pejuang dalam muktamar dan pra-kemerdekaan RI.
Menurut data yang terhimpun saat ini, ada dua lagi peristiwa spektakuler yang bisa menjadi pertimbangan KHR. As’ad Syamsul Arifin bisa dijadikan pahlawan nasional. Pertama, dia memimpin pasukan saat ada pemberontakan di gerbong maut Bondowoso dan di daerah Garahan,
gunung Kumitir Jember. Kedua, dia menjadi wakil komandan Hizbullah bagian timur.
Dari sejak pidato KH. Ahmad Shiddiq sampai sekarang, usulan KHR. As’ad Syamsul Arifin menjadi pahlawan nasional mengalir deras dari berbagai daerah. Tetapi KHR. A. Fawaid As’ad (alm) dan KHR. A.Azaim Ibrahimy merasa kurang etis jika usulan muncul dari pihak keluarga. Oleh karena itu, Ikatan Santri Salafiyah Syafi’iyah (IKSASS) merasa perlu mewadahi usulan tersebut. Maka nanti pada tanggal 8 Maret 2015 akan diadakan sarasehan nasional yang akan mendatangkan Wakil Gubernur Jawa Timur, Wakil Bupati Jombang (putri KH. Wahab Chasbullah), Bupati Situbondo dan juga para saksi yang masih hidup untuk mengumpulkan data-data yang menunjang.
Menurut pemikiran KH. Muchit Muzadi, yang disampaikan di perkuliahan Ma’had Aly Situbondo, dan secara khusus diterima oleh H. A. Muhyiddin Khatib, tujuan mengusulkan Kiai As’ad menjadi pahlawan nasional adalah pengakuan kepahlawanan kiai. Pengakuan kepada kiai sangat penting kepada pesantren dan NU. Pahlawan adalah orang yang terlibat membangun negara ini. Semakin banyak sederetan kiai yang terbaca dan diakui sebagai pahlawan semakin besar pula saham orang islam, khususnya orang NU, dalam membangun NKRI. Karena itulah, santri dan pemuda harus lebih aktif sesuai kapasitasnya mempertahankan dan melesatrikan eksistensi negara. Terlebih apabila melihat kondisi sekarang, banyak sekali pihak-pihak yang ingin merubah negara ke arah radikalisme dan liberalisme.
Sarasehan nasional 08 Maret 2015 di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah nantinya akan dijadikan penyatuan persepsi dan sosialisasi kepahlawanan KHR. As’ad Syamsul Arifin. Acara ini juga menjadi dasar admnistratif pengusulan kiai As’ad menjadi pahlawan nasional yang nantinya akan disampaikan kepada pemerintah sesuai regulasi yang ada.
*Kholilur Rohman, redaktur Website Ma’had Aly Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo (Sumber)
0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih Atas Komentarnya